Pergaulan Pernikahan (Kiat-Kiat Mencari
Jodoh)
MAKALAH
10 Oktober 2016
Di Susun Oleh:
Ratna
sari N (1507015036)
Sarifa
Aulia Hassan (1507015047)
Syamsuri
(1507015066)
Cut
Roza (1507015068)
Alvin
Yudho Pratama (150701507)
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Untuk persoalan jodoh, setiap orang hendaknya
bersungguh-sungguh, baik laki-laki maupun perempuan harus proaktif dan
selektif. Tidak ada dikotomi bahwa laki-laki harus mencari dan perempuan harus
menunggu (ikhtiar), namun tidak keluar dari norma dan syariat. Agar pernikahan
bersemi dengan indah, maka dalam memilih jodoh hendaknya kita sangat
mengutamakan ajaran Islam, seperti yang dipesankan Rasulullah SAW. (lihatlah agamanya
maka kalian akan mendapatkan semuanya)
Dengan memiliki pasangan yang agamanya baik dan benar, maka rumah tangga kita akan
menjadi sakinah, mawaddah dan warahmah. Pertanyaannya, “Jodohku Siapa…? Jodoh,
memang merupakan misteri kehidupan, karena untuk hal yang satu ini terkadang
membuat seseorang sangat bimbang dalam menentukan keputusannya. Jangankan untuk
menerima seseorang menjadi pasangan hidupnya kelak, dalam persoalan menerima
tawaran ta‟aruf saja terkadang masih terlalu banyak „kriteria‟ yang dipakai.
Sampai-sampai kriteria yang dipasangpun sudah tidak memenuhi kriteria syar‟i
lagi, seperti harus yang smart, tinggi, putih, cantik, ganteng, kaya, sarjana,
dan lainnya.
Tidak salah memang untuk memasang kriteria seperti
itu, hanya saja menurut beliau hendaknya kita tidak mempersulit diri untuk
persoalan ini. Persoalan fisik adalah titipan dari Allah SWT, kita tidak pesan
sama Allah waktu mau dilahirkan! biar hitam asal hatinya putih, biar
pendek asal akhlaknya tinggi, biar kurang ganteng asal taqwa, biar kurang
cantik tapi sholehah. Insya Allah, tidak akan menyesal bagi yang memilih
pasangan hidup berdasarkan agamanya. Jika di dunia ini ada surga, maka surga
itu adalah pernikahan yang bahagia. Rasulullah SAW berkata „Baiti Jannati”,
Rumahku Surgaku. Kebahagiaan merupakan hal yang relatif. Tiap orang mempunyai
ukuran kebahagiaan yang berbeda-beda. Namun saya yakin kebahagiaan yang hakiki
dapat kita peroleh hanya dengan jalanNya. Ingin memiliki rumah tangga yang bisa
kita jadikan surga kita didunia? Ikutilah petunjuk Rasulullah SAW.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
tahap pergaulan pranikah?
2.
Bagaimanakah
mencari jodoh yang tepat dalam islam?
3.
Apa
saja kriteria perempuan dan pria dalam islam?
C. Tujuan
1.
Mahasiswa
memahami atau mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan pernikahan dalam
islam seperti pergaulan pranikah, kiat-kiat mencari jodoh dalam islam agar
pasangan sesuai dengan kriteria dalam islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pergulan
Pranikah
Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk
bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi salah
satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa di katakan wajib bagi setiap
manusia yang masih hidup di dunia ini sungguh menjadi sesuatu yang aneh bahkan
sangat langka. Jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karna memang begitulah
fitrah manusia seperti halnya telah di sampaikan dalam (QS Al hujurat yaitu Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling mengenal (QS Al Hujurat 13[1]).
Pergaulan pernikahan dapat dikatakan juga perilaku atau adab yang dilakukan
sebelum melakukan pernikahan.
a.
Adab-Adab Pergaulan Pranikah
Hubungan muda-mudi sebelum menikah (Pacaran) dalam tinjauan syariat “Tak
kenal maka tak sayang!” Itulah sebuah ungkapan yang telah populer di kehidupan
kita. Bahkan, ungkapan itu memang berlaku umum, yaitu sejak seseorang mulai
mengenal lingkungan hidupnya. Dalam konteks hubungan antara laki-laki dan
perempuan yang bukan mahram, istilah "tak kenal maka tak sayang” adalah
awal dari terjalinnya hubungan saling mencintai. Apa lagi, di zaman sekarang
ini hubungan seperti itu sudah umum terjadi di masyarakat. Yaitu, suatu
hubungan yang tidak hanya sekadar kenal, tetapi sudah berhubungan erat dan
saling menyayangi. Hubungan seperti ini oleh masyarakat dikenal dengan istilah
"pacaran”. Istilah pacaran berasal dari kata dasar pacar yang dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai
hubungan berdasarkan cinta kasih. Istilah pacaran dalam bahasa Arab disebut
tahabbub. Pacaran berarti bercintaan; berkasih-kasihan, yaitu dari sebuah
pasangan laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Hubungan antara seseorang
dengan orang lain dapat dikelompokkan menjadi tiga: perkenalan, hubungan
sahabat, jatuh cinta.
1.
Perkenalan
Islam
tidak melarang seseorang untuk menganal orang lain, termasuk lawan jenis yang
bukan mahram. Bahkan, Islam menganjurkan kepada kita untuk bersatu, berjamaah.
Karena, kekuatan Islam itu adalah di antaranya kejamaahan, bahkan Allah
menciptakan manusia menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku itu untuk saling
mengenal. Allah SWT berfirman : Menuju Pernikahan "Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal.” (Al-Hujuraat: 13).
2.
Hubungan Sahabat
Hubungan
sahabat adalah hubungan sebagai kelanjutan dari sebuah hubungan yang saling
mengenal. Setelah saling mengenal, seseorang berhubungan dengan orang lain bisa
meningkat menjadi teman biasa atau teman dekat (sahabat). Hubungan sahabat
dimulai dari saling mengenal. Hubungan saling mengenal ini jika berlangsung
lama akan menciptakan sebuah hubungan yang tidak hanya saling mengenal, tetapi
sudah ada rasa solidaritas yang lebih tinggi untuk saling menghormati dan
bahkan saling bekerja sama. "Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya.” (Al-Maidah: 2).
3.
Jatuh Cinta
Islam
juga tidak melarang seseorang mencintai sesuatu, tetapi untuk tingkatan ini
harus ada batasnya. Jika rasa cinta ini membawa seseorang kepada perbuatan yang
melanggar syariat berarti sudah terjerumus ke dalam larangan. Rasa cinta tadi
bukan lagi dibolehkan, tetapi sudah dilarang. Perasaan cinta itu timbul karena
memang dari segi zatnya atau bentuknya secara manusiawi wajar untuk dicintai.
Perasaan ini adalah perasaan normal dan setiap manusia yang normal memiliki
perasaan ini. Jika memandang sesuatu yang indah kita akan mengatakan bahwa itu
memang indah. Imam Ibnu al-Jauzi berkata, "Untuk pemilihan hukum dalam bab
ini, kita harus katakan bahwa sesungguhnya kecintaan, kasih sayang, dan
ketertarikan terhadap sesuatu yang indah dan memiliki kecocokan tidaklah
merupakan hal yang tercela. Terhadap cinta yang seperti ini orang tidak akan
membuangnya, kecuali orang yang berkepribadian kolot. Sedangkan cinta yang
melewati batas ketertarikan dan kecintaan, maka ia akan menguasai akal.
b.
Adab-Adab Pergaulan Pranikah Dalam Islam
a)
Ta’aruf
Secara
bahasa ta’aruf bisa bermakna berkenalan atau saling mengenal. Asalnya berasal
dari akar kata ta’aarafa Seperti ini sudah ada dalam Al-Qur‟an. Simak saja
firman Allah (yang artinya),: “Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan
kalian dari seorang pria dan seorang wanita, lalu menjadikan kalian
berbangsa-bangsa dan bersuku- suku agar kalian saling mengenal (ta’arofu)”
(QS. Al Hujurat: 13). Kata li ta’aarafuu dalam ayat ini mengandug
makna bahwa, aslinya tujuan dari semua ciptaan Allah itu adalah agar kita semua
saling mengenal yang satu terhadap yang lain. Sehingga secara umum, ta‟aruf
bisa berarti saling mengenal. Dengan bahasa yang jelas ta‟aruf adalah upaya
sebagian orang untuk mengenal sebagian yang lain. Jadi, kata ta‟aruf itu mirip
dengan makna berkenalan dalam bahasa kita.
Setiap
kali kita berkenalan dengan seseorang, entah itu tetangga, orang baru atau sama
penumpang dalam sebuah kendaraan umum misalnya, dapat disebut sebagai ta‟aruf.
Ta‟aruf jenis ini dianjurkan dengan siapa saja, terutama sekali dengan sesama
muslim untuk mengikat hubungan persaudaraan. Tentu saja ada batasan yang harus
diperhatikan kalau perkenalan itu terjadi antara dua orang berlawanan jenis,
yaitu pria dengan wanita. Untuk itu umat islam sudah menganjurkan memberlakukan
hijab bagi wanita muslimah, yang bukan hanya berarti selembar jilbab dan baju
kurung yang menutupi tubuhnya dari pandangan pria yang bukan mahram, tapi juga
melindungi pergaulannya dengan lawan jenis yang tidak diizinkan syariat islam.
Ta‟aruf
atau perkenalan yang dianjurkan dalam islam adalah dalam batas batas yang tidak
melanggar aturan islam itu sendiri. untuk hal-hal lain yang lebih kompleks
islam tentu juga memiliki aturannya. Adab pergaulan, adab berkenalan,
adab mengenal sesama muslim, juga memiliki aturan yang harus diperhatikan. Jadi
jangan sekali-kali mencampuradukkan antara anjuran berkenalan atau mengenal
sesama muslim dengan larangan-larangan agama seputar proses berkenalan
tersebut. Bila dilakukan, maka hal itu sama saja dengan mencampuradukkan antara
makanan halal dengan haram.
Kemudian
dalam makna khusus proses pengenalan sesorang terhadap pria atau wanita yang
akan dipilih sebagai pasangan hidup sering juga disebut sebagai ta‟aruf.
Sebagai istilah ta‟aruf tentu saja bebas nilai, sampai ada hal hal yang memuat
aplikasi dari hal-hal yang dianjurkan atau diwajibkan, atau sebaliknya, justru
hal-hal yang tidak baik atau dilarang..
Proses Ta'aruf
proses
taaruf yang syar‟i sehingga menuju pernikahan yang barakah? Yang pertama yaitu
tidak boleh menunggu, misalnya jarak antara ta‟aruf dengan pernikahan selama
satu tahun. Si akhwat diminta menunggu selama satu tahun karena ikhwannya harus
bekerja terlebih dahulu atau harus menyelesaikan kuliah dulu. Hal ini jelas
menzalimi akhwat kerana harus menunggu, dan juga apa ada jaminan bahwa saat
proses menunggu itu tidak ada syaitan yang mengganggu?? Yang kedua adalah tidak
boleh malu-malu, jadi kalau memang sudah bersedia untuk menikah sebaiknya
segera untuk mengajukan diri untuk bertaaruf. Apabila malu maka akan lambat
prosesnya. Etika selama bertaaruf yaitu jangan terburu-buru menjatuhkan cinta.
Misalnya
ketika kita mendapatkan satu biodata calon pasangan tanpa mengenal lebih dalam,
tiba-tiba sudah yakin dengan pilihan itu. Alangkah baiknya jika mengenal lebih
dalam mulai dari kepribadian, fisikal, dan juga latar belakang keluarganya,
sehingga nanti tidak seperti membeli kucing dalam sangkar. Akan tetapi tidak
terburu-buru dalam menjatuhkan cita itu juga tidak boleh terlalu lama dan
bertele-tele. Sebaiknya menanyakan hal yang penting dan to the point. Hal ini
juga untuk menghindari godaan setan yang lebih dahsyat lagi.
1. Pertama,
Ta‟aruf
itu sebenarnya hanya untuk penjajagan sebelum menikah. Jadi kalau salah satu
atau keduanya tidak merasa sreg bisa menyudahi ta‟arufnya. Ini lebih baik dari
pada orang yang pacaran lalu putus. Biasanya orang yang pacaran hatinya sudah
bertaut sehingga kalau tidak cocok sulit putus dan terasa menyakitkan. Tapi
ta‟aruf, yang Insya Allah niatnya untuk menikah Lillahi Ta‟ala, k alau
tidak cocok bertawakal saja, mungkin memang bukan jodoh. Tidak ada pihak yang
dirugikan maupun merugikan.
2. Kedua
Ta‟aruf
itu lebih fair. Masa penjajakan diisi dengan saling tukar informasi mengenai
diri masing-masing baik kebaikan maupun keburukannya. Informasi bukan cuma dari
si calon langsung, tapi juga dari orang-orang yang mengenalnya (sahabat, guru
ngaji, orang tua si calon). Jadi si calon enggak bisa ngaku-ngaku dirinya baik.
Ini berbeda dengan orang pacaran yang biasanya semu dan penuh kepura-puraan.
Yang perempuan akan dandan habis-habisan dan malu-malu (sampai makan pun jadi
sedikit gara-gara takut dibilang rakus). Yang laki-laki biarpun lagi bokek
tetap berlagak kaya traktir ini itu (padahal dapet duit dari minjem temen atau
hasil ngerengek ke orangtua).
3. Ketiga
Dengan
ta‟aruf kita bisa berusaha mengenal calon dan mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Hal ini bisa terjadi
karena kedua belah pihak telah siap menikah dan siap membuka diri baik
kelebihan maupun kekurangan. Ini kan penghematan waktu yang besar. Coba
bandingkan dengan orang pacaran yang sudah lama pacarannya sering tetap
merasa belum bisa mengenal pasangannya. Bukankah sia-sia belaka?
4. Keempat
Ta‟aruf
kita boleh mengajukan kriteria calon yang kita inginkan. Kalau ada hal-hal yang
cocok Alhamdulillah tapi kalau ada yang kurang sreg bisa dipertimbangan dengan
memakai hati dan pikiran yang sehat. Keputusan akhir pun tetap
berdasarkan dialog dengan Allah melalui sholat istikharah. Berbeda dengan
orang yang mabuk cinta dan pacaran. Kadang hal buruk pada pacarnya, misalnya
pacarnya suka memukul, suka mabuk, tapi tetap bisa menerima padahal hati
kecilnya tidak menyukainya. Tapi karena cinta (atau sebenarnya nafsu) terpaksa
menerimanya.
5. Kelima
Kalau
memang ada kecocokan, biasanya jangka waktu ta‟aruf ke khitbah (lamaran) dan
keakad nikah tidak terlalu lama. Ini bisa menghindarkan kita dari berbagai
macam zina termasuk zina hati. Selain itu tidak ada perasaan “digantung” pada
pihak perempuan. Karena semuanya sudah jelas tujuannya adalah untuk
memenuhi sunah Rasulullah yaitu menikah.
6. Keenam
Dalam
ta‟aruf tetap dijaga adab berhubungan antara laki-laki dan perempuan.
Biasanya ada pihak ketiga yang memperkenalkan. Jadi kemungkinan berkhalwat
(berdua-duaan) kecil yang artinya kita terhindar dari zina.
c.
Batas-batas pergaulan
pria-wanita menurut Al Quran dan sunnah Nabi Muhammad saw.
1.
Menjaga Pandangan
Allah
berfiman, "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, 'Hendaklah
mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluaanya, yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka. sesunguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
mereka perbuat."
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluanya"(QS. An Nur 30-31). dan hal itu karena pandangan (terhadap beda jenis) merupakan salah satu pintu utama syetan. Nabi saw. pernah memalingkan muka Al Fadhi bin Al Abbas(sepupu beliau) ketika Al Fadhi berlama-lama memandang seorang wanita (HR. A Bukhari, Abu Dawud dan An-Nassa-i).
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluanya"(QS. An Nur 30-31). dan hal itu karena pandangan (terhadap beda jenis) merupakan salah satu pintu utama syetan. Nabi saw. pernah memalingkan muka Al Fadhi bin Al Abbas(sepupu beliau) ketika Al Fadhi berlama-lama memandang seorang wanita (HR. A Bukhari, Abu Dawud dan An-Nassa-i).
2.
Mengenakan Pakaian Yang Sopan Sesuai Kaidah Agama
Khusus
muslimah, wajib menutup seluruh tubuh selain wajah dan telapak tangan. Jangan
yang tipis dan jangan dengan potongan yang menampakkan lekuk tubuh. Allah
berfirman, " dan janganlah merka menempatkan perhiasanya kecuali yang bisa
tampak (yaitu wajah dan telapak tangan). dan hendaklah mereka menutupkan kain
kerudung ke dadanya ."(QS. An Nur 31). dengan pakian tersebut,. dapat
dibedakan antara wanita baik-baik dengan wanita nakal. " yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, dan agar mereka tidak diganggu.
"(QS. Al Ahzab 59).
3.
Mematuhi Adab-adab Wanita Muslimah Dalam Segala Hal Terhadap Laki-Laki
a. Menghindari ucapan, tindakan, sikap dan
semacamnya yang bersifat genit dan yang berpontensi kuat membangkitkan birahi
laki-laki, Allah berfirman,"... maka janganlah kamu "tunduk"
(berlembut-lembut) dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya. dan ucapkanlah perkataan yang baik."(QS. AL Ahzab
32).
b. Menghindari bercanda dengan pria
dan menjauhi pintu-pintu fitnah seperti SMSan yang tidak perlu dan bertelepon
diluar kebutuhan, pembicaraan yang menyerempet-menyerempet bahaya dsb.
c. Dalam berjalan jangan memancing perhatian
pria. Firman Allah, (dan janganlah mereka mukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan) (QS. An Nur 31). dan Allah memberi contoh
wanita yang baik, "Kemudian datanglah kepada musa salah seorang dari kedua
wanita itu yang berjalan malu-malu" (QS. Al Qashash25).
d.
Jangan bertabaruj (tampil mencolok dalam
berpakaian, perhiasan, make-up, ucapan, langka, prilaku, sikap, dll)
sebagaimana wanita jahilia tempo dulu ataupun jahilia modern, seperti dalam
hadis Nabi saw, "(yaitu) wanita-wanita yang menyimpang dari ketaatan dan
menjadikan hati laki-laki cenderung kepada kerusakan(kemaksiatan)" (HR.
Ahmad dan Muslim).
e. Menjauhkan diri dari parfum, warna-warna,
perhiasan, dan semacamnya yang mencolok saat diluar rumah dan dalam pertemuan
dengan kaum laki-laki
4.
Jangan Berkhalwat (Berdua-Duan)
Artinya dilarang berduan, baik dalam ruang maupun
dalam kendaraan, atau lainya. "janganlah sekali-kali seseorang diantara
kali berkhalwat dengan seorang wanita, kecuali bersama mahram (si
wanita)," sabda Nabi saw. melarang berduaan, sabda beliau: "janganlah
kamu masuk ketempat wanita". seorang sahabat anshar bertanya,
"bagaiman dengan ipar?" beliau menjawab, "ipar itu (ibarat)
kematian (yakni lebih membahayakan)" (HR. Muttafaq 'alaih)
5.
Berinteraksi Seperlunya
Interaksi dan pertemuan (pria dan wanita) itu seharusnya
sebatas kebutuhan saja, dan tidak berlebih-lebihan yang dapat menjahukan wanita
dari naluri kewanitaanya, menimbulkan fitnah, atau membuatnya lalai dari
kewajiban suci dan utamanya didalam keluarga. Atau dengan kata lain, pada
prinsipnya kaidah yang harus dijaga dalam hal ini kaida pembatasan.
masing-masing harus berkomitmen kuat untuk selalu membatasi diri. sehigga tidak
melakukan interaksi langsung beda jenis nonmahrom, kecuali ketika ada kebutuhan
riil saja dan hanya sebatas kadar kebutuhan itu pula. atau dengan kata lain
lagi, setiap kali berhubungan dan berkomunikasi langsung dengan beda jenis dan
nonmahram. muslim/muslimah harusnya selalu waspada
B.
Kiat-Kiat
Mencari Jodoh
Allah mempunyai tiga pilihan dalam menjodohkan manusia satu sama
lain. Pilihan pertama adalah cepat mendapatkan jodoh. Pilihan kedua, lambat
mendapatkan jodoh, tapi suatu saat pasti mendapatkannya di dunia. Pilihan
ketiga adalah tidak mendapatkan jodoh di dunia tapi mendapatkannya di akhirat
kelak. Apapun pilihan jodoh yang ditentukan Allah, maka hal itu adalah hal yang
terbaik untuk kita.
Lalu apa yang perlu dilakukan agar kita segera mendapatkan jodoh?
Berikut ini 11 cara mencari jodoh menurut Islam, yaitu:
1.
Benahi Hari & Luruskan
Niat
“Sesungguhnya amalan itu
tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan sesuai apa yang
diniatkan, barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka
hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena
dunia yang akan didapatkan atau wanita yang akan dinikahi maka hijrahnya sesuai
dengan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari Muslim)
Jika niat kita benar, maka
Insya Allah kita pun akan mendapatkan sesuai dengan apa yang kita niatkan. Jika
kita berniat mencari jodoh karena lillahi ta’ala, semata hanya karena Allah,
maka Allah pun akan mentaqdirkan kita bertemu dengan seseorang yang memiliki
niat yang sama.
2.
Memperbaiki diri
Jika kita ingin mendapatkan jodoh yang shalih, maka kita harus
menjadi orang yang shalihah juga. Itulah maksud Allah dalam firman-Nya:
“Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah
untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang
baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh
mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)”
(QS. An-Nur: 26).
3.
Tidak putus asa dalam
berdoa
Jangan pernah berputus asa untuk berdoa. Doa yang baik untuk
mendapatkan jodoh adalah doa yang terdapat dalam surat Al Furqon ayat 74 : “Ya
Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa”.
Agar doa lebih terkabul, perhatikan juga adab-adab berdoa dalam
Islam. Jadi jangan berdoa menurut versi kita sendiri. Berdoalah menurut apa
yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya kepada kita, niscaya doa kita akan lebih
terkabul.
4.
Memperbanyak ibadah
sunnah
Agar jodoh kita semakin cepat datang, kita juga perlu mendekati
Allah dengan ekstra dekat. Caranya tidak hanya mengandalkan ibadah wajib, tapi
juga dengan menambah ibadah-ibadah sunnah seperti sholat tahajjud, sholat
dhuha, shaum, tilawah Al Qur’an, infaq, dan lain-lain. Lakukan ibadah sunnah
ini secara rutin setiap hari agar iman kita bertambah dan doa kita semakin
dikabulkan Allah Swt.
5.
Tawakal Dan Sabar
Serahkan segalanya kepada Allah SWT. Tawakal itu
harus berkhusnuzhon kepada Allah swt. Pada dasarnya, Allah swt menghendaki kita
menikah. Karena menikah merupakan perbuatan baik. Tidak mungkin Allah
menjerumuskan kita kepada hal-hal yang tidak baik. Kita sudah meniatkan untuk
itu dan merasa sudah tawakal kepada Allah swt. Tapi ternyata, kita lebih sering
tidak khusnuzhon kepada Allah SWT. Padahal Allah selalu menginginkan segala
kebaikan kepada kita. Hanya kita tidak menyikapi kebaikan Allah itu dengan
baik.
6.
Sabar
Tidak semua orang mendapatkan jodoh secara cepat,
tapi ada yang lambat, bahkan didunia didunia boleh jadi dia belom dipertemukan
dengan jodohnya dan insya Allah akan di pertemukan saat di akhirat kelak.
Dalam menghadapi kenyataan ini kita harus bersabar. Jangan keluar dari sikap
sabar dengan mengambil jalan pintas yang dilarang oleh agama seperti menggunan
aji pelet, menikah dengan orang kafir dan lain sebagainya
7.
Memperindah Diri
Allah telah menjadikan dalam diri manusia
fitrah yang mencintai akan keindahan. Maka sesuatu yang indah akan mampu
menyentuh fitrah manusia ini, sehingga dirinya akan menjadi tertarik
terhadanya. Dengan demikian berpenampilan menarik adalah akan lebih disukai
oleh kebanyakan orang. Sesungguhnya Allah menyukai hambanya selalu
berpenampilan menarik sebagai salah satu bentuk mensyukuri nikmat yang diberikan-Nya.
8.
Memiliki kriteria yang
tidak muluk
Mengapa jodoh sulit datang kepada kita? Salah satunya mungkin
disebabkan karena kriteria jodoh kita terlalu muluk. Kita ingin jodoh yang
mapan, ganteng atau cantik, berpangkat, keturunan baik-baik dan beriman.
Keinginan semacam itu sah-sah saja, tapi jika hal tersebut dijadikan syarat
untuk jodoh kita maka kita telah mempersulit diri sendiri.
Itulah sebabnya Rasulullah mengatakan jika kita tidak dapat
memperoleh semuanya, maka pilihlah yang agamanya paling baik. Hal itu berarti
mungkin saja jodoh kita orang yang miskin, tidak berpangkat, bukan keturunan
orang baik, akan tetapi kita perlu menerimanya asalkan memiliki agama/akhlaq
yang baik. Jangan kita menginginkan kesempurnaan dari orang lain, sedangkan
diri kita tidaklah sempurna.
9.
Memperluas pergaulan
Cara lain agar cepat mendapatkan jodoh adalah memperluas pergaulan.
Dengan pergaulan yang luas kita juga lebih banyak mendapatkan pilihan.
Seringkali jodoh itu datang bukan dari perkenalan langsung, tapi dari kenalan
teman kita. Itulah gunanya pergaulan yang luas. Ibarat seorang nelayan yang
menebarkan jaringan yang luas untuk mendapatkan ikan yang lebih banyak.
10.
Meminta bantuan orang
lain
Cara lain agar cepat mendapatkan jodoh adalah meminta tolong kepada
orang lain yang reputasinya baik. Orang tersebut bisa saja guru mengaji,
murobbi, teman, orang tua, saudara, dan lain-lain. Jangan malu-malu untuk
meminta bantuan kepada mereka dan jangan malu-malu juga untuk mengulangi
permintaan kita secara rutin agar orang tersebut ingat bahwa kita meminta
bantuan kepadanya.
11.
Menyatakan hasrat secara
langsung
Bisa juga seorang wanita mendapatkan jodoh dengan cara menyatakan langsung kepada lelaki yang
baik agamanya bahwa kita siap menikah dengannya. Ini adalah cara yang masih
asing dalam budaya Indonesia. Namun cara ini sebenarnya Islami, karena pernah dilakukan
Khadijah ra kepada Nabi Muhammad SAW. Khadijah ra yang lebih dahulu
menyatakan hasratnya kepada Nabi melalui perantaranya.
Itulah ketujuh cara yang dapat diupayakan oleh setiap muslim dan
muslimah dalam mencari jodoh. Cara-cara tersebut merupakan cara yang baik
karena sesuai dengan tuntunan Islam. Semoga kita semua mendapatkan jodoh
terbaik yang dipertemukan karena sama-sama mencintai-Nya.
C.
Kriteria Perempuan Dan Pria Dalam Islam
1.
Kriteria Wanita Shalihah
Wanita itu dinikahi karena empat hal: pertama karena kecantikannya,
kedua karena hartanya, ketiga karena nasabnya dan keempat karena agamanya, maka
pilihlah karena agamanya, hidupmu akan bahagia” (HR Bukhari dan
Muslim). Urutan ”cantik, harta, nasab (Keturunannya) dan agama” adalah
cara bicara Nabi SAW sesuai naluri lawan bicaranya (Al Hadis) yaitu pemuda,
sehingga cantik menjadi urutan pertama, padahal urutan dimaksud sebenarnya
dibalik, yaitu “ agama, nasab, kedudukan/harta, baru kecantikan”.
Bahkan Rasulullah SAW melarang dan mengancam laki-laki yang memilih
wanita bukan karena agama: “Jangan kalian mengawini wanita karena
kecantikannya, bisa jadi kecantikannya akan membuatnya sombong. Dan jangan pula
karena hartanya, bisa jadi kekayaannya membuat dia melawan, tetapi kawinilah
wanita karena agamanya. Sesungguhnya hamba sahaya yang hitam lagi pesek namun
beragama itu lebih baik.”(HR Ibnu Majah) [2]Agama
yang dimaksud bukan hanya ilmu agama (knowledge) tapi “dzaatuddin”, memiliki
kesadaran agama. Pilihan agama berada pada peringkat tertinggi karena
a. Pertama
Meyakini
bahwa perjodohan yang ia alami adalah pilihan Tuhan yag terbaik, sehingga akan
berusaha menjaganya, menyelesaikan semua masalah melalui ajaran agama,
dan dapat menerima kenyataan hidup dalam rumah tangga dengan modal keyakinan
terhadap janji Tuhan sehingga konsekwensinya harus kuat bertawakkal.
b. Kedua
Taat
kepada suaminya selama pasangannya itu tidak maksiat kepada Allah, baik akhlak.
c. Ketiga
Menjaga
diri dan harta suaminya, dengan menahan diri belanja sesuatu yang tidak
prioritas dan kurang bermanfaat bagi keluarganya.
d. Keempat
Berusaha
memberikan kasih sayang kepada suami dengan mensyukuri dan merispon positif,
apapun yang diberikan kepadanya (mawaddah). Mencari gadis yang memiliki keempat
potensi tersebut bukan hal mudah, sehingga disamping mengenal betul kehidupan
keluarganya, juga tidak dapat mengabaikan pendekatan spiritual.
2.
Kriteria Pria Sholihah
a. Pertama
Laki-laki yang baik adalah sama dengan kriteria wanita yaitu agama,
keturunan, kedudukan dan ketampanan. Hanya saja agama bagi laki- laki, adalah:
a). Untuk menjaga benih dalam dirinya, tidak dicemari dengan maksiat
maksiat.
b). Membuatnya (secara agama) mampu memilih ladang dan mengolahnya
dengan baik, atau memilih dan membimbing istrinya kelak.
b.Kedua
Laki adalah memiliki “Qawwam” kemandirian atau tanggung jawab yang
didukung oleh dua hal. Pertama; punya kelebihan diantara laki-laki lain
dalam hal tertentu, yang secara subjektif-eksklusif menjadi magnit
yang mengikat pasangannya. Kedua; punya harta yang dibelanjakan untuk
keluarganya (An Nisa‟: 34) Adapun nasab itu penting bagi laki-laki, karena
posisinya sebagai pembawa bibit, sehingga laki-laki diibaratkan sebagai
petani yang memilih ladang subur, mengolah sekaligus membawa dan menjaga bibit
yang dimiliki. Wali perempuan harus mengetahui agama dan tanggung jawab calon
menantunya, karena sadar bahwa kepadanyalah ladang buah hatinya itu
akan diserahkan. (Al Baqarah 223).
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Ta‟aruf adalah
Proses saling mengenal antara seseorang dengan orang lain. Dengan maksud untuk
bisa saling mengerti dan memahami. Sedangkan dalam Konteks Pernikahan, maka ta‟aruf
di maknai sebagai Aktivitas saling mengenal, mengerti dan memahami untuk tujuan
meminang atau menikahi”.
Dalam
uraian di atas, sudah diterangkan bahwa Islam tidak mengenal adanya
budaya pacaran, melainkan ta‟aruf sebagai upaya pengenalannya. Ta‟aruf di
sini artinya luas, bukan hanya untuk mengenal calon suami atau istri, tetapi
juga bisa dijadikan sarana pendekatan dalam hal berbisnis seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah yang kemudian berujung ke pernikahan.
Dan juga
kiat kiat dalam mencari jodoh dalam islam di antaranya: benahi hati ah,
luruskan niat, memperbaiki diri, tidak putus asa dalam berdoa, ibadah sunnah,
tawakal dan sabar, memperindah diri, memiliki criteria yang tidak muluk,
memperluas pergaulan, meminta bantuan orang lain, menyatakan harat secara
langsung danjuga criteria perempuan dan wanita sholihah yaitu di lihat dari
agama, keturunan, kedudukan dan kecakapan.
b.
Saran
Ta‟aruf di lakukan ketika
laki-laki benar-benar telah siap untuk menikah sehingga, dalam proses
ta‟arufnya tidak akan terjadi hal yang sia-sia. Oleh karena itu bila
seorang laki-laki belum siap betul untuk menikah, maka sebaiknya dia terlebih
dahulu mempersiapkan dirinya. Dan lakukan lah kiat mencari jodoh dan insyaalah
akan mendapatkan pasangan sesuai kriteria islam. Semoga kita semua senantiasa
berada dalam lindungannya dan terjaga dari perbuatan-perbuatan tercela
yang merugikan dan dibenci oleh Allah SWT
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad Azhar Basyir. 2004. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Press
Yogyakarta
2. Abd. Rahman Ghazaly. 2003. Fiqh Munakahat. Bogor: Prenada Media
3. Syaikh Hasan Ayyub. 2011. Fikh Keluarga. Jakarta: Pustaka Al Kautsar
1xbet korean betting - bet with best odds | legalbet
BalasHapusBet on 1xbet febcasino korean betting with best 샌즈카지노 odds. ✓ Get all the best odds on Football. 1xbet ✓ Find the best odds & free bets on upcoming matches.